Suatu hari, sepulang menjemput putriku dari sekolah di jatiwaringin yang panas, aku dikejutkan dengan komentar putriku yang baru berumur 4 tahun 5 bulan. Komentarnyalah yang membuatku sepulang menjemput duduk merenung, dan akhirnya putus asa tidak bisa berbuat apa selain menekan tuts-tuts keyboard dan coba berbagi rasa dan isi kepala, mungkin ada yang bisa menelurkan ide orisinilnya tentang kehidupan..
******
Di perempatan pangkalan jati ketika aku membuka kaca jendela untuk memperbaiki spion mobil, dua orang anak berlarian ke mobilku sambil menadahkan tangan. Dengan cepat aku menaikkan kaca jendela sambil melirik kotak receh yang kosong.
“Ibu, Kakak sama abang itu mau minta apa ?”
“Mau minta uang buat makan..”
“Mamanya mana ?”
“Mamanya nggak ada, Non..”
“Kok jendelanya malah Ibu tutup.. Bukannya dikasih?”
“Kasihan, kan.. pada belum makan..mereka kan nanti temenku juga..”
*****
Pernah terpikirkah, anak-anak itu tidur dimana ? Terkadang di perempatan pangkalan jati, saya melihat mereka tertidur di trotoar jalan berdua kadang bertiga, dengan Ibu-Ibu yang menutupi mereka dengan kainnya yang lusuh. Jujur, saya tidak tahu dimana mereka tidur malam.
Pernah terpikirkah, tentang keselamatan mereka, kecukupan akan sandang pangan dan papan mereka, atau kebutuhan akan pendidikan mereka… Saya tidak pernah karena bagi saya mereka itu adalah orang lain dan dunia lain. Tapi pernah tergugah emosi saya suatu hari, Saya pernah penuh amarah mengklakson keras-keras, tetapi tidak berani turun, dan saat lampu merah berganti hijau, langsung melaju melarikan diri ketakutan atas kenekadan saya. Ada pengamen kecil 9 tahunan dan adiknya 3 tahunan, keduanya perempuan. Di pojokan jalan, sang kakak payudaranya dicolek laki-laki yang bertampang seperti preman dan disoraki oleh teman-temannya. Sang kakak berteriak marah, yang ternyata semakin membuat laki-laki itu bernafsu mengejar mereka yang langsung lari. Dan saat itulah saya mengklakson keras-keras sampai mobil-mobil di sekitar saling berlihatan… Dan saya langsung menggas ketakutan sambil berdoa semoga kakak beradik itu selamat dari para lelaki itu.
*****
Saya memberi judul di atas sudah lupa terinspirasi oleh siapa, yang pasti saya pernah membacanya some where at the time… Tapi saya menamakannya demikian, dan cocok karena menurut saya memang itulah yang sedang terjadi saat ini. Anak-anak jalanan itu akan menjadi generasi yang hilang dan tak terhitung. Mereka, yang saat ini berusia 7 tahun, yang tak terlatih dan terdidik dan terbiasa hidup dalam dunia yang keras, dimana bila tidak memangsa mereka yang akan dimangsa, 10 tahun lagi akan menjadi remaja pencoleng, pencuri, pencopet, dan mungkin tukang siul kurang ajar di ujung jalan rumah kita yang mengganggu si Nauli, atau preman nakal yang memalak sang Ucok setiap pagi. Dan 20 tahun mendatang akan menjadi Raja di dunia kelam mereka, dan bukan tidak mungkin suatu saat jalan hidup mereka akan bersinggungan dengan jalan hidup anak-anak kita..
Namakan saya sebagai paranoid, dan pengkhayal. Tapi bicaralah dengan diri kita masing-masing, mungkinkah itu terjadi? Dunia kita dan dunia mereka sama dan pararel. Lingkungan yang kita tinggalipun sama, bukan tidak mungkin kita bersinggungan suatu hari nanti kedepan. Bila ada yang percaya perihal karma, buah karma itulah yang nanti akan mempertemukan dunia kita dan mereka suatu hari nanti.
Saya hanya membayangkan, bila Nona saat remaja saya sekolahkan di sekolah terbaik, dan lingkungan tinggalnyapun nyaman dan menyenangkan, dan seprotektif apapun saya padanya dengan memberikan supir yang akan mengantar kemanapun dia pergi dan pengawal pribadi yang akan mengawal kemanapun dia pergi, tidaklah menjadi pertemuan dengan remaja-remaja dari Lost generation itu menjadi hilang. Lubang itu akan selalu ada, pagar panjang itupun akan rubuh dan patah. Tembok tinggi yang kita bangun dapat menjadi bolong untuk menjadi titik persinggungan dunia Nona putriku dan mereka. Tinggal mereka akan beralih sebagai ‘apa’. Entah sebagai pencuri, pencopet, atau preman sebagai perwakilan dunia hitam atau sebagai tukang parkir di sekolah, tukang putaran jalan atau tukang semir sepatu di Alfamart tempat membeli Nutritea anak kita kalau mereka bertahan tetap di dunia putih. Itupun adalah anak-anak Lost Generation tersebut mampu bertahan dalam dunia putih dan bermoral, yang artinya mereka mengerti bahwa mereka harus bekerja keras bila ingin makan.
Betapa sedikit peluang mereka untuk hidup sewajarnya dan meningkatkan taraf hidup mereka. Kehidupan mereka kelak hanya sebagai pelengkap kehidupan kita. Bila mereka memiilih kehidupan ‘putih’ mereka akan menjadi pencuci mobil, pelayan di warung, tukang semir sepatu, jual permen, Koran dsb. Bila mereka berkeras dan memilih dunia hitam, mereka menjadi yang sudah tertulis di atas.
Akan kita ( baca : Negara ) apakan mereka ?
Apakah akan ditembaki habis seperti yang terjadi di Rio de Janeiro, Brasil? Karena dengan begitu banyaknya gelandangan dan susahnya mengatur mereka yang akhirnya mengganggu warga yang lain, pemerintah secara terselubung menghabisi mereka satu persatu seolah mereka bukan manusia dan hanya kumpulan daging yang akan kembali jadi abu dengan sendirinya tanpa teringat bahwa sebuah jiwa pernah tergantung di situ.
Apakah akan difasilitasi dengan sandang, pangan dan papan seperti Perancis dan Amerika Serikat? Dengan rumah rumah pernaungan yang menyediakan makan sekali sehari, tidur, pakaian sebulan sekali dan pelatihan untuk bekal hidup. Kapankah kita bisa seperti mereka?
Atau akan kita biarkan saja mereka seperti saat ini, seolah-olah mereka tidak ada dan memaklumi jalan kehidupan masing-masing. Saya ya saya, mereka ya merekalah, mikir sendiri-sendiri.
Apakah bila kita beri uang seratus ribu untuk mereka akan tuntas ? Mereka tetap akan hidup seperti itu karena hanya kehidupan yang mereka jalani itulah yang mereka tahu.
Akan saya apakan mereka? Saya cuma bisa duduk merenung, dan bersyukur bahwa saya dan buah hati saya begitu diberkahi. Tapi hanya saya, dan mereka tidak… Bahkan pemerintah yang begitu jumawanya hanya bisa membuat peraturan-peraturan untuk mereka.
Saya ingin berbuat sesuatu… Kecil… saja. Untuk mengurangi banyaknya The Lost Generation, agar dapat mengurangi beban anak saya di depan nanti pada saat bersinggungan dengan mereka sebagai ‘lawan’….
*****
Minggu pagi pada saat saya sedang berhandai-handai di taman selesai acara minggu pagi, suami saya berkumpul dengan para suami, saya duduk-duduk mengobrol kesana kemari dengan para ibu sambil menonton Nona dan Lana berlarian di taman, saya berbicara tentang anak-anak itu. Ternyata merekapun pernah mengalami hal yang sama, dan pada akhirnya mereka berbuat hal yang sangat sederhana tetapi menurut saya baik. Ternyata banyak teman-teman suami saya yang memiliki anak-anak, dimana anak bungsu mereka adalah anak angkat yang antah berantah asalnya. Ada yang berasal dari bidan sekitar yang membantu melahirkan bayi dan langsung ditinggal, ada yang mendapat dari pasar dekat rumah dari seorang peminta-minta, bahkan ada yang sudah ada di depan pintu rumah mereka… Ada pula yang mengambil dari panti asuhan yang overloaded… Mulianya mereka. Kalau tidak diberitahu merekapun, saya tidak akan tahu kalau si bungsu- bungsu ini adalah ‘antah berantah’.
Akan saya utarakan pada suami kalau sayapun ingin si bungsu kami kelak adalah dari ‘yang kelak akan menjadi lost generation’…
Note : Itu tetap bukan solusi, semoga saja banyak teman-teman yang lebih mungkin
ber-ide lebih indah dan lebih baik bagi mereka, agar generasi yang hilang,
rantai kehidupan dan regerasi yang terputus bisa diuntai kembali,
silakan….
Semoga Tuhan memberkahi.
Read Full Post »