Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘dunia anak-anak’

Sungguh, bila ada yang mengenalku dari kecil dan membandingkannya dengan anakku pada usia yang sama, mereka akan bilang, nggak mirip! Dari perawakan sampai sifat-sifat dasar. Hanya 2 huruf yang mirip, IQ.  And thank to You God..( hehehe) Serap kebaikanku, ya Nak.. dan silangkan dua jari telunjukmu terhadap semua, I meant all– keburukan ibumu ( yang sungguh kuyakin sebagai doa semua ibunda di dunia).

Sedini ini, dari saat kindergarten sampai di primary, si Non sudah memiliki pesonanya tersendiri. Rambut panjang terurai hingga ke pantat, sepatu ala balerina, dan pakaian dari kepala hingga ujung kaki bernuansa merah muda, senyum yang ayu dengan suara manja merajuk.. Dan kalau si Non sedang resah..– bahkan makhluk kecil 6.5 tahunpun dapat resah dan galau dunianya, bila ditegur sang guru atau daku, menunggu playhouse disney favorit, menanti bapak ibunya yang terlambat pulang….– Ia akan memainkan not-not organnya dengan alunan yang benar walau seadanya yang ia mampu sambil menyanyikan edelweiss sepenuh hati diakhiri dengan tarikan panjang not dari nada paling rendah hingga tertinggi– yang terkadang melukai jemarinya yang sungguh masih mungil.

Dan aku sang bunda sungguh keras mendidiknya, hingga terkadang sungguh aku kasihan melihatnya terjebak dalam aturan buatanku sendiri, bahkan T pun memintaku untuk melunak..  Non, duduk tegak, kaki rapat.. Kalau jalan, ikuti jejak kakimu sebelumnya, jalan keluar garis. kalau makan dengan tangan, hanya empat jari yang kau pakai. Jangan semuanya. Tertawa secukupnya jangan penuh deraian..No games, no PS, no HP until you will 10, Help your sister, Wave to others whose older than you are. Jangan tambah kalau makan…

Icould make you a woman, dear. I know all the rules..

Tetapi jikalau engkau dewasa nanti dan memilih untuk menjadi wanita tomboy yang acuh semua aturan dunia makan dengan 5 jari tangan kananmu meraup nasi dan segala rekannya, wanita petualang yang sungguh rumit diam di suatu tempat, dan senang menaklukkan sesuatu; ‘because it is there’, wanita ‘engineer’ dengan jeans kotor dan kulit legam yang sibuk masuk ke semua tambang dunia, atau sebagai gadis model cantik yang senang difoto dengan ekspresi plongo yang cantik.. atau menjadi wanita sekedarnya seperti diriku..

Aku akan membiarkannya, sayang.  Kau tahu semua konsekuensi hidup yang harus kau tanggung kelak. Hingga satnya nanti, bersabarlah,  I could make you a woman, dear Nona.. Ibu knows the rule.

 

inspired by Alexandra Ripley of Scarlett O’Hara

Peluk cium Ibu untuk dirimu..

Read Full Post »

Pelajaran hati yang satu ini bukan kudapat dari lamanya aku bersekolah atau hidup bersosialisasi, atau dari alim ulama, gembala jemaat atau ahli psikologi ternama. Tapi justru kudapat dari suara anak kecil yang dengan sesalnya kudapat setelah telanjur kusakiti..

 Suatu siang yang panas dan sesak usai menjemput putriku di sekolahnya, Nona bertanya, ‘Ibu, kampret itu apa sih?’ Seolah kupingku salah mendengar, aku bertanya keras, APPAAA? Dan diulangi kata-katanya tak kalah keras,’KAMPRETT itu apa?????’

 Tanganku menyambar cepat kea rah bibirnya dan meleset terkena pipinya, plak! Pelan. Aku takut kalau terlalu keras Nona akan menangis, tapi kupingku tak tahan mendengar suaranya, dan otakku berpikir cepat, kapan aku atau T terlepas menyebut kata itu didepan cantik mungil ini ??

 Nona terkejut dan langsung menangis, *aduh, jadi panjang deh urusannya…* aku meminggirkan mobil dari jalan, dan bertanya pada Nona sambil memeluk, membelai dan membujuknya.

 ‘Kenapa Nona ngomong begitu? Bad Word tahu.Siapa yang ngajarin ?’ Nona sambil mengisak menggeleng. ‘Nggak ada. Tadi temenku di sekolah diomongi Miss (* Nona menyebut gurunya ‘miss’ ) karena ngomong ‘kampret’ sama Miss waktu ditegur Miss.. Aku kan cuma tanya, kampret itu apa??’

 ‘Sayang, kampret itu bad word yang tidak ada artinya. Tapi tujuannya menyakiti orang lain. Nggak boleh ngomong menyakiti orang lain, ya..’ Sambil membelai pipi anakku bekas ‘kucolek pelan tadi’. ‘Sudah jangan nangis.. Emang sakit ? Kan pelan tadi Ibu..’

 ‘Nggak sakit, Bu. Sakitku bukan di pipi tapi di sini…’ tangan Nona menunjuk dadanya. OMG!! What a parent could make such a damage like that! Kupeluk dan kubujuk sampai tangisnya hilang..

 Aku jadi teringat ceramah mengenai mendidik anak yang kami ikuti belum lama ini. Penceramah ini menerangkan, betapa Tuhan Maha Penyayang dan Mengetahui sifat makhluk ciptaannya, makanya Tuhan menciptakan pantat dan betis dengan daging berlebih, agar bila kita (saking) tak tahannya menahan amarah pada anak-anak kita, kita bisa menepuk di bagian tersebut. Tepuklah pelan maksimal 3 x di satu atau dua bagian itu untuk menegur keras sang anak. Dijamin tidak sakit hati, tapi sang anak akan mengerti. Tapi bila menepuk atau memukul keras dibagian lain, terutama kepala dan sekitarnya, sakit fisik seperti benjut, memar, dan darah paling lama sakitnya hanya 1 minggu, tetapi hati, pikiran  dan rasa yang sakit dapat terasa seumur hidup!. Hiii, ngeri, tak terbayang aku didendami Nona seumur hidupku…  Sedang bila dengan kata-kata hinaan kepada sang anak, Sampai ke liang kubur akan teringat olehnya…

 Aku jadi teringat ‘curhat’  seseorang muda usia, baru 16 usianya, yang mendendam pada sang ibu dan berniat untuk membalas suatu saat nanti.. Lalu temanku yang selalu terngiang omongan sang ayah kalau dia ‘anak bodoh’ waktu SMA dahulu,  padahal sekarang sudah setengah baya usianya dan tiba-tiba lenganku jadi terasa panas bekas cubitan alm Bapak di waktu SD dahulu..

 Sakitnya bukan di pipi, tapi di hati..

Read Full Post »

Liburan K-1 sudah dimulai.. 2-3 minggu lagi si Nona sudah di K-2. Dan setahun lagi sudah masuk SD.  As I read on the internet nowadays… pencarian sekolah sudah harus direncanakan dari setahun sebelumnya, bahkan biaya sekolahnya sudah harus diperhitungkan semenjak kelahiran si baby… Gosh..  Menuruti nasihat itu, mulailah aku mencari sekolah untuk si Nona. Bukan sekolah terbaik, ter’terkenal’, termahal, tapi sekolah yang sesuai dengan daya dukung kami dan yang pasti tercocok buat Nona.

 Saat ini Nona sudah bersekolah swasta plus di kawasan Jatiwaringin, yang merupakan sekolah baru dengan system pendidikan yang juga baru yang terkadang membuat kami para ortu terkaget-kaget.. dan terpaksa belajar kembali. Dan untuk kelas taman kanak-kanak, cukuplah untuk Nona.. Nona bukan sang juara di sana, tetapi bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Yang agak mengganjal, adalah belum adanya lulusan SD yang tampak. Dan SMP pun baru akan dirintis tahun ini. Kami sebenarnya sudah cocok dengan tata cara di sekolah tersebut, tetapi bolehlah cari pembanding buat pembelajaran juga buat kami sebagai ortu.

Mumpung sebagai Ibu rumah tangga yang cukup waktu luang, mulailah aku hunting dan berkeliling mencari sekolah- sekolah di sekitar rumah kami. Mencari perbandingan mulai dari system pendidikan, guru sekolah, waktu sekolah, gaya dan tata cara sekolah berinteraksi, eks- kul, jarak dan biaya per tahun ( ini yg paling penting…) dan cocokkah sekolah tersebut  untuk Nona, sesuaikah dengan bayangan kami akan terbentuknya seperti apa Nona kelak ?.

Sekolah Swasta Nona sekarang ( Jatiwaringin )

  • Sistem pendidikan (akunya ) system Singapore terbaru yang disesuaikan dengan silabus local. 1 kelas s/d 15 org 1 guru. Bila lebih, 2 guru perkelas. ACS dan IB. Siswa dipaksa aktif.
  • Guru sekolah :  muda, pendidikan sekolah guru swasta lokal. Ada 1-2 guru yang agak belepetan ‘English’nya ( parah dong untuk sebuah sekolah berbahasa Inggris ).
  • Waktu sekolah : Senin jumat, 07.30 – 12.00, kelas 4 ke atas / Primary 4 07.30 -15.00
  • Eks-kul : hanya mengaji, gambar, musik / piano..
  • Jarak : 4-5 km dari rumah.
  • Biaya : Sebagai barometer pembanding : Uang pangkal 7.5 mio, Bayaran sekolah 14-16 juta/tahun 1 x bayar; bisa cicil 3 x
  • Kelebihan : lingkungan kecil terkontrol, Nona sudah terbiasa. Kepseknya hafal per anak, kelebihan dan kekurangan tiap anak.. bravo!
  • Kelemahan : lulusan 1 x lulus 100%, gedung sekolah belum selesai.. Ekskul minim.

 Sekolah Swasta Cipinang ( X Malang )

  • Sistem pendidikan : nasional plus, bilingual untuk tahun ajaran 2010
  • Guru sekolah :  Jam terbang tinggi, sistem mengajar umum
  • Waktu sekolah : Senin jumat, 07.00 – 10.00, kelas 3 ke atas / Primary 3:  06.30 -13.00
  • Eks-kul : bahasa inggris, mathclub, science club ( pasti isinya geek semua), karate, menari tradisional, vocal grup, musik, basket dll
  • Jarak : 4-5 km dari rumah.
  • Biaya : Uang pangkal 13 mio( tahun pertama saja)+ bulanan kira2 : 1.2 mio, 11 x bayar+ uang buku 1, 5 mio + uang seragam (busyet!)
  • Kelebihan : Terkenal dengan NEM / UN tertinggi, lulusannya banyak yg juara Olympiade fis, mat, kim… Ada test masuk yang lumayan berat ( tapi Nona dg kondisi K-1 sudah bisa lewat rasanya…: math dan pelajaran umum.
  • Kelemahan : aku seram dengan anak muridnya dari kelas 1 ke kelas 6 banyak yang berkacamata dan ranselnya besar dan tampak berattttt sekali +  masih bawa  kantong plastic isi buku…dan banyak yg obes, means kurang bergerak..

 Sekolah Swasta join dgn Cambridge, England ( X Malang )

  • Sistem pendidikan : nasinal plus+ sendiri (adaptasi Singapore ), bilingual
  • Guru sekolah :  baru mau cek. Katanya S1 dan S2 + native speaker
  • Waktu sekolah : Senin jumat, 07.30 – 14.00, kelas 3 ke atas / Primary 3:  07.30 -15.00
  • Eks-kul : basket, futsal, kesenian.. banyak
  • Jarak : 4-5 km dari rumah.
  • Biaya : Uang pangkal 15 mio( tahun pertama saja)+ bulanan kira2 :1.1 mio/ bulan + uang buku dan baju / tahun 1.7 mio
  • Kelebihan : fasilitas sekolah oke. gedung sekolah keren… fasilitas lengkap, laboratorium, lab bahasa, dll.
  • Kelemahan :  Belum ada lulusan SD, masuk ke bekasi, Jawa Barat, means : ada bahasa Sunda.. tata cara ikut bandung tea.. mosok tinggal di jkt, sekolah ikut jabar… pusyingggg

 Sekolah Dasar Negeri Pd kelapa

  • Sistem pendidikan : kurikulum diknas ; 1 kelas 40 murid dg 1 guru
  • Guru sekolah :  standar d3 dan s1.
  • Waktu sekolah : Senin sabtu, 06.30 – 09.30, kelas 3 ke atas / Primary 3:  06.30 -12.00
  • Eks-kul : basket, futsal, kesenian.. banyak Jarak : 1-2 km dari rumah.
  • Biaya : Uang pangkal antara 0.8 mio – 1.2 mio ( tahun pertama saja)+ bulanan kira2 : tak ada + uang ekskul dan baju / tahun  0.4 mio
  • Kelebihan : Dekat rumah, murah, dan Nona mungkin bisa 3 besar…
  • Kelemahan : bahasa inggris kelas 3 baru dimulai.  40 murid / 1 guru / kelas ??

 Cukup  ini saja ah ngeceknya. Lama-lama pusying juga… lumayan buat dipikirkan 1 tahun. Dalam 1-2 bulan ke depan, yang pakai tulisan merah mau di kunjungi, ditanyakan dan di cek.

Read Full Post »

Anakku Nona dan Lana, Ibu buat ini untuk mengenang dirimu nanti, nak… Bila engkau sudah dewasa. Betapa kami berdua mengikuti kemajuan kalian anak-anak kami, dan mencintai kalian sesuai apa adanya dikau. Bukan berarti yang tercantik, tercepat dan terpintar yang paling kami sayangi.. We Love you just the way you are, and these are what we ‘ve observed…

 

Asi ekslusif

Nona : 3 bulan; 3 bulan ke atas karena bekerja dan belum canggih mulai dicampur susu botol 1 x sehari; ASI terus s.d 1 th1 bulan.

Lana : 6 bulan Asi ekslusif ( hip hip hooray; ibunya ‘dah canggih); 8 bulan sapih ( ibumu sudah kepingin langsing, say.. ).

Duduk sendiri 

Ini jelas Nona, supervisi pembangunan rumah budenya, 4.5 thn :D

Ini jelas Nona supervisi pembangunan rumah budenya, 4.5 thn

Nona 5,5 bulan

Lana 5 bulan

Berjalan sendiri

Nona 10,5 bulan ( suatu malam Nona jalan sendiri tanpa bisa mengerem langkah, besoknya nggak bisa lagi, harus di titah); Resminya Nona bisa beneran 13 bulan.

Lana 13,5 bulan

 

Berbicara

Nona dan Lana bisa sebut Bapak.. umur 8,5 bulan

Nona sebut ibu, 13 bulan. Lana sebut ibu 20 bulan ( hiks….)

 

Berbicara lancar kalimat lengkap

Nona : 22  bulan ; kalimatnya aku masih ingat, ‘Ibu, gatel nih. Garukin dong pake kaladin.’ Males ah, kaladinnya nggak ada lagi,  ku jawab. ‘ Ada kok.. Itu tuh.. di sebelah tv….’

Lana 26 bulan; kalimatnya, ‘ Bapak, aku cantik nggak?’  — Kenapa sih harus Bapaknya mulu?

 

Nona

Lepas pampers sama sekali 3 tahun

Sekolah ( play group ) 3,5 tahun.

Mengeja 3,5 tahun ( yang kutahu.. kata bapaknya sih sebelum itu..) ejaan pertama yang kutahu ‘Jiii.. iiii, eight…. Ouuuuuu, viiiii, eiiiiii. JehoVA.

Membaca dalam Indonesia  4 tahun (lancar banget.. :D) 

Membaca dalam bahasa Inggris  4,5 tahun tapi baru 1 suku kata.. man, van, hat hop,  a cat on the carpet  etc

Mulai bisa memilih teman-temannya yang ganteng 4,5 tahun ( hmmmmf!!!)

 

 

 

Nanti disambung lagi…

Read Full Post »

Nona, Lana ( tak tampak ) serius bermain dengan Opung Doli ( 87th ) dan Opung Inang ( 85th )
Nona, Lana ( tak tampak ) serius bermain dengan Opung Doli ( 87th ) dan Opung Inang ( 85th )

Tuhan memang memiliki jalan dan pikiran tersendiri yang sangat jauh di luar jangkauan manusia. Mengapa Tuhan memberi kecacatan kecil bahwa manusia ciptaannya yang linuwih, teragung dan diakui di semua alkitab bumi sebagai pelupa? Bayangkan bila kita tidak pernah lupa.. Pastilah seluruh bumi akan terlanda bah besar luapan airmata manusia yang penuh dengan duka lara dan sayatan tangis para insan meratapi kisah sedih hidupnya.  Akan sedikit sekali manusia yang jatuh terjerembab ke lembah kelam mampu bangkit berdiri tegak dan berusaha kembali!

Dan Tuhan juga memberi nikmat kepada kita manusia untuk selalu menikmati hidup dengan bermain. Tidak peduli berapa usianya, tidak peduli seberapa tinggi jabatannya dan seberapa sibuknya ia, pastilah untuk bermain manusia akan selalu diberikan ‘waktu’nya.. Entah itu main lego, menggambar, main BB, chat, lompat karet..PS.. selalu ada keinginan untuk itu.  Itu adalah cara Tuhan untuk mereset kembali ciptaannya, mungkin…Agar stress tidak semakin menumpuk, dll 
Begitu juga kedua mertuaku.  Mertua lelakiku dulunya adalah seorang Sintua, sedang mertua perempuan tidak bisa berbahasa Indonesia. Sangat susah berkomunikasi dengan Inang mertua.  Tapi beliau betah-betah saja di rumah kami, sampai ada kerabat yang bertanya, ‘ ngomongnya pake apa kalian ?’ kujawab saja  bahasa kalbu…
Dari siang ke sore dan malam inang dan amang bermain dengan Nona dan Lana. Tanpa saling mengerti bahasa  ( kalau amang sih bisa..) dengan ke dua putriku. Dan permainan itulah bahasanya.. Mereka, cucu dan kakek nenek saling mengajari bermain lego dan suara binatang.  Tertawa-tawa.. saling kejar dan rebut mainan yang jumlahnya tidak banyak itu.  Dan terkadang mereka berempat main ayunan di halaman depan sampai berjam-jam  dan tertawa-tawa..Benar khan kalau kubilang bahasa yang dipakai adalah bahasa kalbu???
Sekarang kedua mertuaku sedang pulang kampung mengawasi pembangunan kuburan mereka kelak. Seminggu sekali, pastilah menghubungi 2 anak kami dan saling berteriak dan bicara tanpa ada benang merahnya. Yang penting kalbu mereka saling mengerti

Read Full Post »

Nona dan Lana dengan bedong bayi
Nona dan Lana dengan bedong bayi

Berikut adalah petikan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh dua anak saya Nona dan Lana (4th6 bl dan 2 th2bl) selama masa pengenalan mereka akan dunia baru. Banyak yang lucu, ganjil, pahit dan menyesakkan dada dan telinga.  Saya hanya berharap pada saat mereka dewasa nanti mereka tahu bagaimana mereka dibesarkan. Dengan ‘trial by error’ oleh kami, dengan pengetahuan terbatas kami, dengan kesleboran dan kenekadan dan sisa-sisa didikan masa lalu ; yang menjadi akar penguat yang menjadikan kami sekarang. 

 

 

Bukan sebagai eksploitasi, atau menjadikan mereka sebagai anak-anak konyol ( walau begitulah yang terjadi ).  Atau membuat beberapa orang jadi panas dan tersinggung, dan tersenyum kecut, semoga tidak. Semoga menikmatinya seperti saya menikmatinya. However, you all my beloved;  Non, Lana, beginilah komentarmu atas dunia.

Tentang Farra dan dokter gigi

‘Ibu, aku tahu dokter gigi itu apa. Itu kan dokter yang suka pasang anting-anting di giginya Tante farra… Ya kan ?’

Tentang kebolak bolak

‘Ya ampun, Kasihan, Intannya san ping…’ Nona sedang melihat sinetron Intan di TV, tiba-tiba dia berteriak, Sesaat tidak mengerti, saya dengar pengasuhnya bilang ‘Bukan san ping Non, tapi pingsan…’

‘Mbak, aku mau makan tek- tek’

‘ Tek – tek apa?’

‘Ketaprok’… Maksudnya ketoprak.

‘Ibu… Aku takut endol – endol… Serem…’ ( Ondel-ondel )

‘Ibu, bagus, ya. Aku mau tidur di hetol-hetol itu..’ ( Hotel)

‘Ibu dikerok pake apa sih? Sambel? ‘ (Balsem)

Nona sempat saya konsultasikan ke dokter anak, takutnya sakit Aphasia; dan dokter anak itu terkekeh, sambil bilang, ‘kalau begitu ada 30% anak-anak aphasia, bu….. She is Ok, jangan khawatir’.

Tentang huruf R

Satu hari penuh Nona menyebut huruf ‘rrrrrrr’ melulu. Meleter tidak karuan. Serumah ikut-ikutan meleter bersama Nona. Sampai menjelang tidurpun Non masih meroam ‘rrrrrr’. Percayakah ? Dalam igauannyapun aku mendengar leterannya. Paginya Nona sudah pintar ber ‘rrrrr’. Komentar Nona untukku, ‘ Ih, Ibu.. sudah besar, sudah tua kok nggak bisa bilang ‘rrrrr’. Nanti aku ajarin, ya…’ Memang daku cadel huruf ‘rrrr’ hiks…

Barbie Dong

Si kecil Lana lucunya minta ampun, kadang aku, Nona dan pengasuhnya suka mengerjai dia. Mana masih cadel lagi. Kalau kita tanya ‘Lana… Cantiknya kaya siapa sih ???’ Dia akan menjawab ‘Babi thong!’ Kaya siapa? Seolah kuping salah mendengar, dan dengan kesal berteriak Lana menjawab, ‘ Babbbbbbbbbbbi Thong!’ Baru menjelang sore kami mengerti maksunya adalah Barbie Dong!

Tentang YAmaha

‘ Ibu, itu ada Yamaha lagi! Ya ampun di dekat rumah abang juga ada kursus musik Yamaha….’

Plang nama yang dikomentari oleh Nona adalah plang distributor dan bengkel Yamaha, kujawab,’Bukan, Non, Itu tempat jual sepeda motor Yamaha…’

‘Haaaah, Ibu… Memang ada orgen di atas motor? Ibu aku mau kursus itu dong…’ Si Nona memang lagi senang-senangnya kursus musik di Yamaha music centre dekat rumah kami.

Yoghurt is a good food 

Nona ceritera kalau bekal makanan harus berupa ‘good food’ oleh missnya. Artinya ortu tidak membawakan indomie, kentang mario bros, and things like that. TAntenya mengomentari yoghurt yang sangat disukai anakku. ‘Non, yoghurt kan bad food juga..’

‘Good food, tahu..’

‘BAd food, lagi’ goda tantenya.

‘Good food tante.. NAmanya aja yo-goot, bukan yo-bad !’ Nah lo… tantenya kalah set plesetan!

Nanti aku sambung lagi…

Read Full Post »

lembar dictating Nona 02 - 03 - 09

lembar dictating Nona 02 - 03 - 09

2 Maret 2009 ( Mulai hari ini pake tanggal kejadian, ah..) Aku jemput Nona, putriku dengan terburu-buru. Karena setengah jam sebelumnya kupakai untuk mengelap mobil agar sedikit kinclong. Nona berkomentar tadi pagi waktu kuantar soal malunya melihat mobil yang kami pakai penuh bekas cipratan lumpur habis pakai, ‘kok, tidak seperti mobil Ana dan Cik-cik?’ Dalam hati, k*****t! Mereka kan pake supir….’tadi pagi Bapak sama Ibu sudah suit, Non..  Yang kalah cuci mobil..’ Si Nona tersenyum lega.

Singkatnya, tepat pukul 10.00 aku sudah rapi depan pintu kelas. Bel sudah berbunyi. Para Baby sitter dan Mums sudah berdiri dan mengintip ke dalam, terheran mengapa pintu belum terbuka. Biasanya terlambat, kalau ada perayaan ulang tahun.. Aku ikut mengintip, melambaikan tangan menangkap wajah Nona tengadah melihatku. Nona hanya melihatku serius dan mengecek kertas di depannya lagi. Menunduk dan entah menulis apa lagi. Sekelilingnya ada yang  menunduk menulis, ada yang terbengong menatap langit-langit.., ada yang mencontek kiri dan kanan..( bakat-bakat licin mulai tumbuh dari TK kecil ternyata..), dan beberapa menangis.  Tiba-tiba Sang Guru bertepuk tangan, tanda pekerjaan dikumpulkan, Guru yang lain masih sibuk membantu 2 anak menulis. Dua tiga anak berdiri mengumpulkan. Entah mengapa aku berdebar keras…. Dan Nona melihatku, dengan wajah yang tak bisa ku tebak— ke arah ‘ngeri gw marahin kayanya’ — lalu, hap!! dia mengumpulkan. Sisanya masih terduduk di kursi dengan pensil di tangan, terpana seolah ‘mengapa jam begitu cepat berlalu’  * jadi ingat masa sekolah dahulu….*

Yang telah mengumpulkan dipanggil dan boleh ke ibu dan BS masing-masing. Termasuk Nona. Sisanya ditanya — Shasha.. mau diteruskan di sekolah  atau jadi Pe-er??? Meylan …??– Beberapa anak menjawab pulang, beberapa memilih tinggal, dan beberapa menangis. Sambil memeluk Nona, aku bertanya pada gurunya, ‘Miss, ada apa sih ?’ Si Miss tertawa ‘ Oh ini, Bu, tadi pelajaran hearing, remembering words, spelling dan writing.. Belajar dikte… Karena baru pertama kali, mereka banyak yang belum bisa. Nggak apa.. Lama-lama juga bisa. Nona bisa kok, Bu.. Bagus.’ Sang guru juga memuji beberapa penjemput yang anaknya telah selesai tugas, ‘gang’nya Nona.  Mereka termasuk anak-anak yang bisa menyelesaikan tugas dictating –Percayakah, anak ku sudah punya gang bermain…–

Aku penasaran melepaskan diri dan kumpulan Mums dan BS yang masih menunggu anak-anaknya di luar pintu kelas, dan membuka file kerja nona. ‘Non tadi ngapain, sayang??’ Nona menjawab, ‘ Tadi dictating in English, Bu. Susaaaah banget. Aku sampe salah-salah… deg-degan deh. Ini pake iiif atau viii, ya. Ada yang nangis nggak bisa, nggak ngerti, malah si X nggak nulis apa-apa.. Dibantuin Miss- miss deh, mereka…’ Lalu Nona ribut bertanya ejaan ini dan itu dalam bahasa Inggris. Aku menjawab sambil melihat kertas tugas Nona.

Astaga. Dikte 5 nomer, dan semuanya dalam bahasa Inggris. Nona hanya lupa mencantumkan satu ‘a’ dalam satu nomer saja. Contoh kalimat dikte ; A man in a van,  jam on the ham,  a bat in a hat….. Busssssyett ( ups, sorry..) Dikte model begini belum tentu semua ortu juga bisa. Bahkan aku bisa menyebut puluhan nama orang seumurku yang tidak bisa mengeja dikte ini dengan cepat.  Aku melirik ke kelas, anak anak yang menangis dan terbengong-bengong sudah  bersama penjemput masing-masing. Tapi di dalam kelas, masih ada 2 anak yang berkeras meneruskan dictatingnya. Aku berjongkok dan bertanya pada Nona, ‘Non, kamu takut nggak?’  Jawabnya, ‘Tadi aku takut, Ibu..takut salah. Tapi sekarang nggak lagi. Nanti di rumah aku boleh belajar, ya.. Yang nangis kan yang gak bisa… Takut sama Miss dan Mumsnya.. Terus takut nggak bisa pulang..’ Sambil menggandeng Nona, ‘Gak usah Non, Kamu gak usah belajar. Ibu kan gak mau ajarin apa-apa sampai Nona….. apa?’  Nona melompat ‘ Primary….!’

**************************

Siang tadi mengganggu pikiranku sekali. Aku membahasnya dengan suami. Kesepakatan kami memilih Kindergarten Nona adalah karena di antara Kg dan sekolah yang lain di sekitar rumah kami (BPK, Global, dll) kami menganggap sekolah Nona paling ‘santai’ dan paling setara antara ‘bermain dan belajar’. Kami memilih sekolah dengan gaya internasional karena hal tersebut membuat anak aktif dan interaktif di kelas, dan tampaknya santai. Kami tidak mau mengepush Nona agar jadi juara A atau B seperti kami dahulu di ‘push’. Kami, pasangan juara kelas, akhirnya ‘gini-gini aja’ tiada istimewanya, malah sempat jadi badung lamaaaa sekali. Kami pernah mengalami satu titik jenuh belajar dan melarikan diri dari akademik. Aku bergaul dengan anak-anak alam, T bergaul dengan anak-anak bola dan kami ‘sempat bertahun-tahun’ meninggalkan akademik pada masa kuliah kami.

Dan untuk usia Nona 4 tahun 7 bulan dan baru K-1 / TK kecil, rasanya terlalu berat pelajaran tadi, walau Nona bisa dan mampu. Aku tidak bisa melupakan ekspresi wajah Nona melihatku di jendela.  Juga teman-temannya. Sepertinya aku mencuri kebahagiaan masa kecilnya.  Apa aku salah dan paranoidkah ? Mungkin aku beruntung, Non bisa mengeja dari umur 3.5 tahun, bisa membaca dalam bahasa Indonesia dengan cepat umur 4 tahun, tapi sumpyuhh–sumpah angin puyuh– semua tanpa paksaan, tanpa jam belajar. Kalau dia minta belajar, kami hanya mengasih pensil warna.  Kalau Non tanya baru kami jawab.. Tapi bagaimana dengan anak-anak lain yang tidak seberuntung Nona? Bagaimana  kalau Nona yang terlambat mengerti? Bisa patah semangat dan hancur hatinya. Juga hatiku! Apalagi yang ortunya ingin anaknya cerdas dan pandai di usia dini.  Pastilah umur TK pun mereka ada jam belajar, les Kumon, les jarimatika, les reading and learning English… Dan terbayangkah How stress are your children????  Siang tadi anak-anak yang menyelesaikan dictatingnyapun tampak stress, tidak pe-de dengan pekerjaannya dan takut-takut. Apalagi yang tidak bisa dan merasa ‘kalah’ dari temannya.

Mungkin memang begitulah pendidikan di Indo. Menyiapkan anak sedini mungkin. Dan memang begitu jugalah perilaku orang tua, menyiapkan lebih dini lagi dan mem’back up’ anak agar tidak kalah dengan berbagai les pelajaran dari usia dini. Dan mungkin suatu saat nanti aku dan suamipun terseret pusaran yang sama.  Hanya untuk selama TK,  kami berusaha tidak mengajarkan anak di luar jam sekolah, tidak memberi les pelajaran membaca, berhitung, menulis dan bahasa, syukur-syukur bisa sendiri. Tidak bisapun kami tidak  atau belum khawatir. Toh, aku dan suami bisa membaca usia 6 tahun lebih, dan sekarang kami ‘jago’ membaca. Dari kiri ke kanan, kanan ke kiri, terbalik, dari balik kaca, atas bawah  dan sebagainya.

Aku terbayang, bila aku jadi Sang Guru, aku akan mendiktekan mereka : A Cat On A Hot Tin Roof… Biar ortunya sebel sekalian… Atau Run Lola Run atau Who Am I-nya Jackie Chan….

OrangTuaYangStressMengejaAmanInAVan

(Pake Iiif atau Viii sih Ibu?????)

Read Full Post »

bu-kentang-duduk-di-sofa

bu kentang duduk di sofa

Sudah menjadi kewajibanku sebagai ibu RT alias ibu Rumah Tangga alias Ibu Rana rene Tak Berpenghasilan mengantarkan dan menjemput Nona bersekolah yang jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah. Tetapi karena letaknya di dekat pintu masuk tol jatiwaringin/Pondok kelapa, setiap pagi harus bergulat dengan ratusan kendaraan lainnya untuk bisa maju bergeser 1 -2 m ke muka. Kadang matahari pagi terlalu terik, atau orang-orang lain begitu brengseknya menyetir ( tidak seperti daku yang begitu taat dan menurut pada peraturan Pak Pulisi,ya Pak…*mode carmuk on*) membuat tekanan darah mudah sekali naik.. Dan umpatan tak manusiawipun bergelinjangan keluar, alpa dengan property di belakang yang serupa dengan ‘spons’, teramat mudah menyerap informasi tanpa ada saringan ( jadi ingat internet)..

‘Dodol, ambil SIMnya di mana sih ??????’

‘Kentang!!! Main potong aja…Memang jalan punya nenekloe?’ Atau…

‘Ngapain aja sih orang-orang ini pagi-pagi di jalanan, bukannya cuci baju dulu kek..’

‘Ibu…. Siapa sih yang namanya Dodol sama Kentang? Kok Ibu marahin ?’ dan suatu ketika menerangkan, ‘Orang itu kan nganterin anaknya, kaya Ibu anterin aku ke sekolah…”

Barulah tubuh ini sadar, ada buku baru terisi lembaran-lembaran bersih di belakang, yang begitu cepatnya menangkap perkataan, begitu cerdasnya menyerap sesuatu tetapi langka dengan pengetahuan moral baik atau buruk karena usia mudanya.

‘Orang itu namanya Pak Dodol, Nona… tadi Ibu ingetin aja biar nyetirnya gak alangin Ibu…’

‘itu Bu kentang, Non… abis gendut kaya kentang.’

Dalam hati aku menyumpah-nyumpah, not saying so reckless anymore. Thank God Im not saying f**k  or things like that. Yang begini saja sudah diserap begitu cepat oleh Nona.

Dua hari kemudian, di sekolah, Nona tertawa-tawa senang, ‘Ibu… ternyata  Bapaknya Ifam temen Ibu, Pak Dodol..’ sambil menyeret nyeret tanganku ke arah teman sekolahnya……

-kisah ini nyata lho, bukan rekayasa…….-

Read Full Post »

Suatu hari, sepulang menjemput putriku dari sekolah di jatiwaringin yang panas, aku dikejutkan dengan komentar putriku yang baru berumur 4 tahun 5 bulan. Komentarnyalah yang membuatku sepulang menjemput duduk merenung, dan akhirnya putus asa tidak bisa berbuat apa selain menekan tuts-tuts keyboard dan coba berbagi rasa dan isi kepala, mungkin ada yang bisa menelurkan ide orisinilnya tentang kehidupan..

******

Di perempatan pangkalan jati ketika aku membuka kaca jendela untuk memperbaiki spion mobil, dua orang anak berlarian ke mobilku sambil menadahkan tangan. Dengan cepat aku menaikkan kaca jendela sambil melirik kotak receh yang kosong.

“Ibu, Kakak sama abang itu mau minta apa ?”

“Mau minta uang buat makan..”

“Mamanya mana ?”

“Mamanya nggak ada, Non..”

“Kok jendelanya malah Ibu tutup.. Bukannya dikasih?”

“Kasihan, kan.. pada belum makan..mereka kan nanti temenku juga..”

*****

Pernah terpikirkah, anak-anak itu tidur dimana ? Terkadang di perempatan pangkalan jati, saya melihat mereka tertidur di trotoar jalan berdua kadang bertiga, dengan Ibu-Ibu yang menutupi mereka dengan kainnya yang lusuh. Jujur, saya tidak tahu dimana mereka tidur malam.

 

Pernah terpikirkah, tentang keselamatan mereka, kecukupan akan sandang pangan dan papan mereka, atau kebutuhan akan pendidikan mereka… Saya tidak pernah karena bagi saya mereka itu adalah orang lain dan dunia lain.  Tapi pernah tergugah emosi saya suatu hari, Saya pernah penuh amarah mengklakson keras-keras, tetapi tidak berani turun, dan saat lampu merah berganti hijau, langsung melaju melarikan diri ketakutan atas kenekadan saya. Ada pengamen kecil 9 tahunan dan adiknya 3 tahunan, keduanya perempuan. Di pojokan jalan, sang kakak payudaranya dicolek laki-laki yang bertampang seperti preman dan disoraki oleh teman-temannya. Sang kakak berteriak marah, yang ternyata semakin membuat laki-laki itu bernafsu mengejar mereka yang langsung lari. Dan saat itulah saya mengklakson keras-keras sampai mobil-mobil di sekitar saling berlihatan… Dan saya langsung menggas ketakutan sambil berdoa semoga kakak beradik itu selamat dari para lelaki  itu.

*****

 

Saya memberi judul di atas sudah lupa terinspirasi oleh siapa, yang pasti saya pernah membacanya some where at the time… Tapi saya menamakannya demikian, dan cocok karena menurut saya memang itulah yang sedang terjadi saat ini. Anak-anak jalanan itu akan menjadi generasi yang hilang dan tak terhitung.  Mereka, yang saat ini berusia 7 tahun, yang tak terlatih dan terdidik dan terbiasa hidup dalam dunia yang keras, dimana bila tidak memangsa mereka yang akan dimangsa,  10 tahun lagi akan menjadi remaja pencoleng, pencuri, pencopet, dan mungkin tukang siul kurang ajar di ujung jalan rumah kita yang mengganggu si Nauli, atau preman nakal yang memalak sang Ucok setiap pagi. Dan 20 tahun mendatang akan menjadi Raja di dunia kelam mereka, dan bukan tidak mungkin suatu saat jalan hidup mereka akan bersinggungan dengan jalan hidup anak-anak kita..

 

Namakan saya sebagai paranoid, dan pengkhayal. Tapi bicaralah dengan diri kita masing-masing, mungkinkah itu terjadi?  Dunia kita dan dunia mereka sama dan pararel. Lingkungan yang kita tinggalipun sama, bukan tidak mungkin kita bersinggungan suatu hari nanti kedepan. Bila ada yang percaya perihal karma,  buah karma itulah yang nanti akan mempertemukan dunia kita dan mereka suatu hari nanti.

 

Saya hanya membayangkan,  bila  Nona saat remaja saya sekolahkan di sekolah terbaik, dan lingkungan tinggalnyapun nyaman dan menyenangkan, dan seprotektif apapun saya padanya dengan memberikan supir yang akan mengantar kemanapun dia pergi dan pengawal pribadi yang akan mengawal kemanapun dia pergi, tidaklah menjadi pertemuan dengan remaja-remaja dari Lost generation itu menjadi hilang. Lubang itu akan selalu ada, pagar panjang itupun akan rubuh dan patah. Tembok tinggi yang kita bangun dapat menjadi bolong untuk menjadi titik persinggungan dunia Nona putriku dan mereka. Tinggal mereka akan beralih sebagai ‘apa’. Entah sebagai pencuri, pencopet, atau preman  sebagai perwakilan dunia hitam atau sebagai tukang parkir di sekolah, tukang putaran jalan atau tukang semir sepatu di Alfamart tempat membeli Nutritea anak kita kalau mereka bertahan tetap di dunia putih. Itupun adalah anak-anak Lost Generation tersebut mampu bertahan dalam dunia putih dan bermoral, yang artinya mereka mengerti bahwa mereka harus bekerja keras bila ingin makan.

 

Betapa sedikit peluang mereka untuk hidup sewajarnya dan meningkatkan taraf hidup mereka. Kehidupan mereka kelak hanya sebagai pelengkap kehidupan kita. Bila mereka memiilih kehidupan ‘putih’ mereka akan menjadi pencuci mobil, pelayan di warung, tukang semir sepatu, jual permen, Koran dsb. Bila mereka berkeras dan memilih dunia hitam, mereka menjadi yang sudah tertulis di atas.

 

Akan kita ( baca : Negara ) apakan mereka ?

Apakah akan ditembaki habis seperti yang terjadi di Rio de Janeiro, Brasil? Karena dengan begitu banyaknya gelandangan dan susahnya mengatur mereka yang akhirnya mengganggu warga yang lain, pemerintah secara terselubung menghabisi mereka satu persatu seolah mereka bukan manusia dan hanya kumpulan daging yang akan kembali jadi abu dengan sendirinya tanpa teringat bahwa sebuah jiwa pernah tergantung di situ.

Apakah akan difasilitasi dengan sandang, pangan dan papan seperti Perancis dan Amerika Serikat? Dengan rumah rumah pernaungan yang menyediakan makan sekali sehari, tidur, pakaian sebulan sekali dan pelatihan untuk bekal hidup. Kapankah kita bisa seperti mereka?

Atau akan kita biarkan saja mereka seperti saat ini, seolah-olah mereka tidak ada dan memaklumi jalan kehidupan masing-masing. Saya ya saya, mereka ya merekalah, mikir sendiri-sendiri.

Apakah bila kita beri uang seratus ribu untuk mereka akan tuntas ? Mereka tetap akan hidup seperti itu karena hanya kehidupan yang mereka jalani itulah yang mereka tahu.

Akan saya apakan mereka? Saya cuma bisa duduk merenung, dan bersyukur bahwa saya dan buah hati saya begitu diberkahi. Tapi hanya saya, dan mereka tidak… Bahkan pemerintah yang begitu jumawanya hanya bisa membuat peraturan-peraturan untuk mereka.

Saya ingin berbuat sesuatu… Kecil… saja. Untuk mengurangi banyaknya The Lost Generation, agar dapat mengurangi beban anak saya di depan nanti pada saat bersinggungan dengan mereka sebagai ‘lawan’….

*****

Minggu pagi pada saat saya sedang berhandai-handai di taman selesai acara minggu pagi, suami saya berkumpul dengan para suami, saya duduk-duduk mengobrol kesana kemari dengan para ibu sambil menonton Nona dan Lana berlarian di taman, saya berbicara tentang anak-anak itu. Ternyata merekapun pernah mengalami hal yang sama, dan pada akhirnya mereka berbuat hal yang sangat sederhana tetapi menurut saya baik.   Ternyata banyak teman-teman suami saya yang memiliki anak-anak, dimana anak bungsu mereka adalah anak angkat yang antah berantah asalnya. Ada yang berasal dari bidan sekitar yang membantu melahirkan bayi dan langsung ditinggal, ada yang mendapat dari pasar dekat rumah dari seorang peminta-minta, bahkan ada yang sudah ada di depan pintu rumah mereka… Ada pula yang mengambil dari panti asuhan yang overloaded… Mulianya mereka. Kalau tidak diberitahu merekapun, saya tidak akan tahu kalau si bungsu- bungsu ini adalah ‘antah berantah’. 

 

Akan saya utarakan pada suami kalau sayapun ingin si bungsu kami kelak adalah dari ‘yang kelak akan menjadi lost generation’…

 Note : Itu tetap bukan solusi, semoga saja banyak teman-teman yang lebih mungkin

ber-ide lebih indah dan lebih baik bagi mereka, agar generasi yang hilang,

rantai kehidupan dan regerasi yang terputus bisa diuntai kembali,

 silakan….

Semoga Tuhan memberkahi.

Read Full Post »